Ada yang berbeda dengan peringatan 1 Muharram di Kaliwungu, Kendal tahun
ini. Menyambut tahun baru Hijriyah 1434, keluarga besar NU Kaliwungu
menyelenggarakan pawai taaruf atau karnaval, tradisi penyambutan tahun
baru hijriyah yang belum pernah diinisiasikan sebelumnya.Keluarga besar NU terdiri dari yang terdiri atas MWC NU, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, serta LP Maarif Kaliwungu.
Pawai
taaruf yang turut menghadirkan kelompok barongsai dari Semarang
tersebut dilaksanakan pada Kamis (15/12) siang serta disupport penuh
oleh seluruh keluarga besar NU Kaliwungu, terbukti, pawai taaruf diikuti
oleh seratusan kontingen yang terdiri atas 11 pondok pesantren
salafiyah, 20 Madrasah, 25 TPQ, dan 10 sekolah LP Maarif di Kaliwungu.
Tidak
hanya diikuti oleh lembaga-lembaga pendidikan NU, pawai taaruf juga
diikuti oleh pasukan dari seluruh BANOM (Badan Otonom) NU dari 10
ranting yang ada di Kaliwungu, total keseluruhan peserta pawai taaruf
berjumlah dua-ribuan orang.
Ajang Promosi dan KreativitasPawai
taaruf tersebut disambut meriah oleh seluruh warga Kaliwungu yang
berduyun-duyun memadati trotoar di Kaliwungu, mereka berdesak-desakan
demi turut serta merasakan kegembiraan dan kemeriahan penyambutan 1
Muharram oleh peserta karnaval.
Hal itu dimanfaatkan oleh
kontingen karnaval sebagai ruang untuk mempromosikan produk/program
mereka, seperti yang dilakukan oleh kontingen dari PAC Muslimat NU
Kaliwungu yang mempromosikan Rumah Bersalin sebagai kebanggaan terbesar
ibu-ibu Muslimat NU Kaliwungu yang memang beberapa bulan terakhir ini
memeras keringat demi terbangunnya Rumah Bersalin Muslimat NU ini.
Tak
mau kalah dengan ibu-ibu Muslimat, PAC GP. Ansor Kaliwungu juga turut
mempromosikan program mereka dengan membagi-bagikan brosur pelatihan
kerja kepada para warga Kaliwungu yang menonton karnaval.
Meriahnya
pawai taaruf yang arak-arakannya melebihi 3 km tersebut didukung pula
oleh bermacam kreativitas para peserta karnaval, seperti marching band
yang bahkan dimainkan oleh salah satu rombongan santri putri, rebana,
pramuka, pencak silat, hingga menari.
“Sepuluh tahun lalu, warga
NU Kaliwungu pernah melaksanakan pawai semacam ini, meskipun bukan pada
event suronan, karena lamanya kita tidak punya wadah berkreasi semacam
ini, sehingga pelaksanaan pawai taaruf sekarang ini sangat meriah,
kreativitas muncul dengan penuh totalitas” Tutur Saiful Hadi selaku
ketua panitia.
Barongsai dan Gus DurDengan
membawa semangat tahun baru hijriyah, pawai taaruf tersebut mengusung
isu-isu toleransi beragama sebagai bagian dari usaha peningkatan sikap
toleransi di kalangan warga Kaliwungu. Beberapa spanduk yang dibawa oleh
kontingen pun bercorak khas ke-Gus Dur-an sebagai ikon toleransi
beragama, spanduk-spanduk tersebut berisi pesan-pesan seperti “NU Siap
Bela Minoritas”, “Ngaji yang Bener, Supaya Tidak Jadi Teroris”, “STOP
Kekerasan Atas Nama Agama”, dan masih banyak lagi.
Adanya
kelompok barongsai dari Satya Budi Dharma, Semarang yang turut menjadi
kontingen dalam pawai taaruf tersebut juga menguatkan pesan toleransi
beragama yang diangkat. Bahkan, di beberapa titik jalan yang dilewati,
terlihat beberapa orang Tionghoa yang ada di Kaliwungu turut menikmati
kemeriahan pawai taaruf tersebut dan memberikan Angpao kepada Barongsai
yang melewatinya.
Mengenai isu-isu toleransi beragama yang
diangkat pada tema pawai taaruf tersebut, Saiful Hadi menuturkan bahwa
Muharram tahun ini penuh dengan kerinduan terhadap Gus Dur. Lebih
lanjut, ia mengatakan bahwa Muharram tidak hanya dimaknai sebagai
peningkatan kualitas keimanan semata, tetapi juga harus selaras dengan
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.